Dulu,aku tidak pernah sama sekali
ingin memulai sebuah hubungan (kembali). Aku hanya ingin fokus pada targetku
sebenarnya, karena aku pikir disini bukan lagi tempatku untuk mencari pengganti
Rafflesia yang membuatku sangat hancur. Aku hanya ingin belajar dan berteman
dengan baik, bahkan untuk sekedar aktif di sekolah pun, tidak sama sekali.
Kehancuran ini akibat dari kekuatan yang pernah Rafflesia kasih ke aku, tapi
waktu meminta agar kita berdua saling berhenti. Semesta tau, mana yang terbaik
walaupun berakhir tidak sesuai rencana. Sedih?tentu, bohong kalo aku bilang ini
ga sedih. Seakan kamu kehilangan teman,sahabat,ataupun saudara terbaik. Aku
tidak berani bilang kamu keluarga, karena keluargaku adalah rumah yang dari
manapun aku pergi, aku pasti pulang ke rumah itu. Dan kini, kamu bukan lagi
rumahku.
Pinus, pertama kali aku liat
kamu, ketika aku sedang menikmati kesedihanku. Ketika kamu berjalan di hadapan
semua orang, kamu membuat semua wanita terpukau dengan sangat. Kecuali aku,
gatau kenapa aku cuma ngeliat diri kamu yang lelah,gelap,dan tak terarah. Tapi
ada satu hal yang menutupi itu,karisma.
“Sai, dia ganteng ya aku suka deh kayanya sama dia”
“Liat deh, masa dia songong banget sih, baru kali ini aku
minta tanda tangan kakak kelas ada syarat harus dapet semua tanda tangan kakak
kelas baru dia mau tanda tangan, ganteng sih tapi ga deh kalo songong”
“Kayanya dia dingin ya Sai”
Itulah yang temen-temen bilang
tentang kamu. Tapi sayang, aku tidak tertarik sama sekali. Dulu sewaktu
SMP aku ikut organisasi, aku diajak ikut lagi di SMA. Tapi tau kan, sekali lagi
aku sedang menikmati kesedihanku. Aku bisa saja menikmati kesedihanku dan rehat
sebentar untuk bahagiaku, tapi tidak dengan julidku. Suatu hari, aku ikut
kumpulan calon organisasi sekolah gitu, awalnya cuma mau iseng buat ikut kumpulan sekali, ternyata waktu itu ada pengabsenan dan kakak kelasku bilang “yang udah di data inget ya wajib ikut kumpulan
berikutnya” denger kata wajib, rasa
tanggung jawabku ga bisa diajak kompromi untuk melarikan diri. Akhirnya, yaudah
gapapa. Aku masuk organisasi lagi. Lagi pula, menikmati kesedihan terlalu lama
membuatku semakin takut untuk menyambut kebahagiaan. Dan itu,the worst thing i ever had.
Ternyata secara ga sadar kita
satu organisasi. Tapi, waktu itu aku tidak peduli dengan siapa dan bagaimana
ketika aku dan kamu ada di dalam lingkaran yang sama. Untuk apa yang harus
dilakukan pun tidak perlu membuat rencana. Semakin hari, ternyata kamu semakin
dekat, satu organisasi, satu perlombaan,mungkin saja satu kesukaan. Hingga
akhirnya, aku tau. Kita akan selalu bersama,berdampingan, tapi tidak pernah
bisa bersatu.
Sebentar, aku tidak langsung
menyimpulkan. Kita yang tidak pernah bisa bersatu dibuktikan dengan cerita yang
sudah kita lalui,kan? Di hari terakhir kemah sekolah, ada sesi foto bersama. Kamu
tau, foto bersama itu tidak cukup sekali dua kali, dengan teman kelas, dengan
sahabat, tapi juga mungkin orang yang menurutmu spesial. Itulah yang dilakukan temen-temen aku. Aku sama sekali tidak ingin melakukannya. Tapi aku orang yang
tidak mau kalah untuk urusan yang sangat sederhana, sampailah aku ditantang
foto sama kakak kelas, siapapun asalkan harus lawan jenis. No make sense, but OK i’ll do this. Dan,aku pilih kamu.
Ketika di rumah, aku liat foto
kita. Di foto itu, kamu menyembunyikan sesuatu, entah apa. Sampai buat aku sangat
penasaran, rasanya ingin sekali aku mendalamimu. CELAKA! Jangan-jangan aku suka
kamu?
Karena kita selalu dalam
lingkungan yang sama, mungkin perlahan membuatku terus memperhatikan apa yang
terjadi dan mungkin saja rasa suka itu mulai menemukan rumah baru nya. Aku
selalu ingin menyangkalnya, berhenti, dan menyerah. Tapi kamu bersikap terlalu
berlebihan, itu yang membuatku “mari, lanjutkan saja”.
Kamu yang mulai membuka diri,
membentuk relasi, hangat denganku tapi tidak pada orang lain, membuatku tidak
percaya pada temanku sendiri yang menilaimu seperti itu ketika pertama kali bertemu. Lucu bukan? Pernyataan "mungkin aku suka kamu", sekarang menjadi
boomerang buat aku yang tidak ingin
memulai kembali dan sedang menikmati kesedihan. Ternyata, aku mulai bahagia.
Kamu menempatkan berbagai sikap di tempat yang berbeda, tapi aku selalu paham
dengan segala yang kamu lakukan, bahasa tubuhmu. Mungkin dari sana aku melihat
dirimu yang lain, yang kamu sembunyikan dari orang lain.
Waktu berjalan, kamu tau perasaan
kamu. Dan kamu juga tau perasaan aku, tapi nyatanya kamu harus menjaga perasaan
orang lain. Pun,aku tidak terlalu kecewa dan patah hati, karena ini atas dasar
rasa suka yang tak terduga. Dan kamu tidak memberiku apa-apa seperti yang
dilakukan Rafflesia sebelumnya. Lagipula, mungkin rasa penasaranku yang
dilapisi rasa suka itu perlahan sudah terbayar, dan mungkin saja cepat selesai.
Akhirya,aku hanya pergi secara
perlahan. Kadang berhenti sebentar,
melihat keadaan bagaimana kamu yang sekarang. Pada masa-masa itu aku bingung,
kamu menahanku untuk pergi. Tapi ketika ada,kamu membiarkan aku hingga tidak
peduli sama sekali, iya kan? Diri aku yang lain sempat bertanya, “Suatu saat ketika
dia (Pinus) milih kamu, mau?” jawabannya, tentu saja sangat mau tapi aku tidak bisa,
dia bukan tempatku. Pinus, aku mungkin akan selalu menyukaimu, sebagai sebuah kecelakaan
yang membawamu padaku. Biarkan aku pergi,ya? Terima kasih, sudah pernah hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar